Senin, 22 Juli 2013

LBA (Lahir Besar Angguruk) NAMA YANG KELIRU KARENA SALAH PENDIDIKAN ? TERHADAP ANAK-ANAK ANGGURUK!



LBA (Lahir Besar Angguruk) NAMA YANG KELIRU KARENA SALAH DIDIKAN ? TERHADAP ANAK-ANAK ANGGURUK!
 
Saat wawancara dengan Richo Kabak,Diasrama Pdt.S Liborang (22/07)
LamisiNews,Jayapura - “ Orang yang menamakan LBA itu dia tidak paham,dengan apa yang dia tulis LBA itu (Lahir Besar Angguruk). Kalau kita mau bilang LBA itu seperti teman-teman kita dari luar datang dan Lahir Besar diAngguruk itu baru LBA boleh. Tapi kalo orang Angguruk sendiri yang nenek moyangnya dan tete moyangnya sudah ditetapkan di sana tidak boleh bilang LBA! Karena dia adalah orang Angguruk memang pada dasar nya Tuhan ciptakan untuk  dia harus hidup diangguruk dan akan besar makan pun di Angguruk. Jadi ini semua salah! Salah Paham karena salah pendidikan oleh orang indonesia.”
Demikian penegasan salah satu putra terbaik Angguruk yang baru saja menyelesaikan Studi  sekolah penerbangan Di Australia , Richo Kabak, saat ditemui  LamisiNews, pada Senin (22/7/2013) di Asrama Putra Pdt. S Liborang Jayapura, Papua.
Menurut Prya yang disapa Afeneg ini, terjadi banyak masalah di Papua bukan hanya dilingkungan anak-anak Angguruk, salah satunya adalah kesalahan pendidikan Dasar,Menengah Pertama Hingga Menengah atas dalam upaya meng-indonesiakan anak-anak muda papua, ia mencontohkan yang terjadi Sekolah Dasar:” di Pendidikan Dasar juga sebenarnya sudah salah sistemnya. Tapi kita belajar, yang seharusnya didalam satu Ruang kelas untuk sekolah dasar itu sebenarnya 15 orang atau 20 orang. Tapi didalam satu ruang kelas diindonesia 30,40-50 orang didalam kelas. Maka saat bapak/Ibu Guru menjelaskan didepan yang lain tidur,gambar-gambar dan main-main. Akhirnya setelah selesai sekolah dasar ada anak-anak yang tidak tau nama Ilmuwan (Toko penemu) dan ada yang kurang mate-matik,dan ini semua gara-gara  sistem pendidikan orang indonesia yang kurang baik.” Ujar Richo.
Masalah yang paling mendasar menurut Richo, adanya kesalahan pendidikan dan dampak dari itulah anak-anak tidak mengerti apa yang mereka tulis itu benar atau tidak,dan ditanya fenomena seperti ini apakah ada kaitanya dengan Era Globalisasi? Menurutnya tidak ada kaitanya ke era globalisasi,semuanya terjadi karena pada dasarnya salah dididik:” Dan menyangkut fenomena seperti ini terjadi karena awalnya sudah salah didik,kalau kita melihat dengan cermat maka, ini terjadi hanya  ikut-ikutan karena awalnya salah dididik dan terjadi kesalahan pengetahuan pada anak-anak. Jadi cara berpikir dan cara menganalisa itu sudah jadi pengaruh makanya buat LBA dan lain-lain.” Jelasnya.
Dan, dari kesalahan pendidikan serta pengetahuan itu akan membuat anak-anak papua pada umumnya dididik untuk hidup dengan gaya hidup orang jawa” yang didik kita ini orang indonesia nah, orang papua itu diindonesiakan itu otaknya yang diindonesiakan bukan badan,tubuh,pikiran tidak dan gaya hidup orang papua itu diindonesiakan,” tambahnya
Kemudian, ditanya apa solusi yang bisa diambil untuk memberikan pemahaman kepada ade-ade untuk bisa lebih menyadari akan kesalahan-kesalahn yang terjadi saat ini dan kedepan lebih baik dari sekarang dirinya hanya menyarankan salah satu solusi terbaik untuk memberikan pemahaman adalah seminar dan diskusi, sebab  dari situlah anak-anak akan mengerti dan  memahami unutuk lebih mengenal diri serta mengetahui sistem yang telah mengajarkan  mereka “untuk ko harus begini dan begitu,yaitu sistem pendidikan RI yang mendidik orang papua dengan kejawa-jawaan” itu.” Makanya kita kalau mau menjelaskan biar orang-orang ini mengerti kita harus mengadakan seminar dan jelaskan sebenarnya ini pokok utamanya. Jadi yang bisa dipanggil LBA itu bukan seperti  marga kabak,siringon,yohame,pahabol dll, itu tidak! Tapi orang-orang lain bukan orang Angguruk yang lahir diAngguruk itu yang bisa dipanggil LBA dan yang bisa bikin komunitas orang-orang itu (bukan org angguruk), dan dalam seminar itulah pastinya mereka mengerti dan paham atas kesalahan itu”.  Tegasnya lagi.
Selain itu dirinya menyatakan bahwa saat ini dunia globalisasi adalah free choice, free speech and free expression, dan setiap orang punya kebebasan seluas-luasnya maka, tidak membatasi mereka namun meluruskan atas kekeliruan dan kesalahan yang ade-ade dong buat. Ditempat yang sama tanggapan serupa disampaikan oleh Fanuel Amohoso,menurutnya hal-hal yang terjadi saat ini adalah yang pertama, salah didikan, kedua, terlalu ikut arus:” yang terjadi saat ini menurut saya, yang pertama salah pendidikan dan yang kedua adalah anak-anak sedang mencari jati diri jadi apa yang mereka anggap baik serta membuat mereka happy,ikut saja.” Jelasnya.
So, maksud dari penulisan ini adalah memberikan pemahaman dan teguran agar hari esok lebih baik dari hari ini sebab saat berbicara nama besar Angguruk yang tanggung malu bukan hanya sekelompok orang yang tergabung dalam suatu komunitas namun yang akan tanggung malu adalah semua orang Angguruk atas kekonyol tersebut. Harapan kami saudara/i dapat memberikan saran,kritik dan solusi. Kita menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna selain Tuhan Yang Maha Esa maka, ketidak sempurnaan itu lah tanggung kita bersama sebagai Mahluk sosial untuk saling melengkapi dan dilengkapi demi hari esok yang lebih baik. Kesalah yang terjadi adalah Guru yang mendidik kita untuk menjadi lebih baik maka, jadikan kesalahanmu Pahlawan perubahan dalam dirimu. Wa waa........!!! God Bless

KNOWLEDGE
Belongs to the people
Tapi
Hati-Hati.....!!!!!!!